Selasa, 02 November 2010

DEMAM

Itulah yang kurasakan saat ini, kalau anda ingin mengerti lebih jauh mungkin bisa aku analogikan bahwa DEMAM (DEadline MAMpet) sedang melandaku minggu2 ini, saya disini tidak akan membahas tentang proposal saya yang memang masih mampet dan mengalami kebuntuan saat ini, karena saya memikirkan dunia yang telah saya ciptakan disini, dunia dalam dunia, yah mungkin hanya saat ini itulah yang bisa menggambarkan perasaanku, haha, preketek…

Mula-mula aku menyiapkan rencana ke pantai sipelot, awalnya semua berjalan dengan lancar, setelah sekian lama aku berpisah dari anggota petualangku yang biasanya sama nasah, aryus, tavis, dll. Kini teman2 sebayaku telah sibuk dengan dunianya teman2 skolahku yang kompak apabila bertualang rasanya uda terpecah2, sedih banget, padahal aku sebenernya orang yang mudah merindu….andaikan ada reuni tiap hari aku pasti datang…

Tapi ya sudahlah semua telah terjadi, hidup berubah silih berganti dan aku perlu menemukan anggota yang baru, yang kupimpin sendiri, benar2 baru, sampai2 ada persyaratan buat masuk jadi anggota timku, bukan temen dunia maya (seperti teman2 yang di akun facebook,friendster, koprol, fupei, twitter, chating, dsb), dan juga bukan dunia nyata (dalam artian bukan teman 1 UKM, 1 Kuliah, 1 sekolah, pokoknya 1 lembaga denganku ) alhasil aku menemukan nama2 yang cukup memenuhi syarat, yaitu rendi, yanto, nico, febri (bukan nama samaran), hanya saja Cuma yanto dan nico lah pengawal setiaku, mereka lebih loyal dibanding rendi ma febri, akhirnya dengan hanya 3 orang menaiki satu motor Honda bututku itu, aku sudah hendak bersiap kira2 jam 7 pagi hari itu, nggak nyangka mereka sudah menungguku di depan pagar rumahku,

Meskipun aku tidak pakai kacamata tapi aku sudah tau kalo itu mereka, saking khasnya mereka, alhasil setelah izin ke bapaknya yanto (meskipun dengan sedikit berbohong itupun dipaksa yanto) akhirnya kami berangkat hanya mengendarai motorku yang terbilang kecil itu, padahal logistic yang kami bawa sudah banyak (kecuali kamera, coz aku trauma dengan pengalaman sebelumnya) kami berangkat dari malang menuju bululawang, dampit, baru tirtoyudo, sialnya pemandangan disana indah sekali, sulit diluapkan dengan perasaan dan kata2, bener2 sayang aku ga bawa kamera (makanya aku ga bisa posting foto, hukz2 T_T)

Aku ga nyangka sebenernya sepeda yang aku naikin ternyata kuat banget, aku rasanya bener2 ga rela kalo itu dijual, nico yang tidak aku sangka keikutsertaanya juga mengatakan begitu, bagaimana tidak, dia menyiapkan uang dan makanan yang cukup banyak (benar2 niat tuh anak), bertiga kami melalui rintangan yang cukup berbahaya, cuaca yang ganas, kabut, hujan angin, tanah longsor di daerah pegunungan dekat pujiharjo, namun itu tidak ada apa2nya dibanding dengan pemandangan sipelot yang menakjubkan,

Aku benar2 serasa menemukan diriku sendiri, bersama mereka aku memimpin mereka tuk bekerjasama mengalahkan semua rintangan yang ada, tidak ada rasa bersalah, tidak ada ego masing2, semua senang, yah meskipun mungkin itu hanya perasaanku saja tapi saya benar2 puas dengan hari itu, pasir disana tidak sama dengan pasir pantai pada umumnya, hitam seperti pasir sungai, disana juga didirikan tambak, dan pemancingan, rasanya sungguh beruntung dapat menikmati pemandangan sana, dari pantai itu daratan jawa seperti rangkaian pegunungan yang indah, berkabut dan mempesona sementara ada 2 daratan menjorok ke pantai, seperti pintu gerbang pantai selatan,

Namun semua kesenangan tadi, main2 pasir, bermain dengan gulungan ombak yang cukup besar tenyata harus diakhiri segera, mengingat saya sudah berjanji dengan bapaknya yanto untuk pulang sebelum maghrib, mungkin karena memikirkan hal itulah aku jadi ga memerhatikan bahwa celana yang aku taruh berisi kontak itu terbawa ombak skaligus menghilangkan kontak sepedaku, terpaksa aku meminjam kontak orang lain intuk membuka kunci stang, dan mengaktifkan mesin, akhirnya kami bisa pulang, namun dengan hujan selebat itu selama sehari penuh akhirnya saya dan nico terkena demam, hanya yanto yang tidak karena dia di posisi tengah, selain itu waktu kami ditraktir nico di warung dia dapet nasi rawon yang kuahnya lumayan banyak, panas lagi, beda dengan aku yang pesen nasi krengsengan ma nico yang pesen kare, paling2 Cuma nasinya thok yang hangat, hehe

Huft, kesenangan mang harus dibayar dengan kesengsaraan, aku berniat ini jadi petualanganku yang terakhir di malang, sekarang harus focus ma masa depan, yah meskipun ketika aku pulang aku masih melihat semangat membara dalam diri nico dan yanto seolah berkata begini “kami menunggu petualangan berikutnya”, haduh berat iki….:P